Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran
Disusun oleh:
Rudini Harto (11.2.3.012)
TARBIYAH, PAI 1, SEMESTER 5
Dosen pembimbing:
Nurhayati,
M,Pd,I
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) MANADO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau
kecakapan. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan individu, perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari
proses belajar, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus
melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan
diluar individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis,
kecuali bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari
hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah
yang akan dikaji diantaranya:
- Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
C.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
penulisan makalah ini diantaranya:
- Memahami faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Adapun kegunaannya adalah:
1
Menambah wawasan dan
sebagai bahan bacaan.
2
Memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Psikologi Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Kata belajar sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.
· Menurut James O, Whittker,Merumuskan belajar sebagai proses
di mana tingkah laku di timbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.
· Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar,
menurutntya belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk
memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
· Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
· Belajar Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang
relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern,
Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama,
belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam
pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan
bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
B. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.
Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami
aktivitas belajar.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni :
informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang
merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar
yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu :
· Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang
dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
· Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Hasil
belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar
mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.
· Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya
mempertahankan apa yang telah dicapai.
· Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari
orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
· Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti
akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek
lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
· Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah
afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
· Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai
dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
C. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Proses Belajar
a. Faktor
Lingkungan
1. Lingkungan sosial
a.
Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal yang
paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten.[1]
b. Lingkungan
social masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Seorang siswa hendaknya dapat memilih
lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya. Lingkungan
yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian
remaja dan lain-lain.
c. Lingkungan
social keluarga.
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup
tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi
udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan
ke siswa).
Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi siswa.
b. Faktor
Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancangkan sesuai
dengan hasil belajar yang diharapkan.[2]
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan-tujuan belajar
yang telah direncanakan, faktor-faktor
instrument ini dapat berwujud faktor-faktor seperti:
- Gedung perlengkapan belajar
- Alat-alat praktikum
- Perpustakaan
- Kurikulum
- Bahan / program yang dipelajari
- Pedoman-pedoman belajar & sebagainya.
c. Faktor
Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam :
1) Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada
umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil
belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi
proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi
hasil belajar, terutama panca indra.[3]Panca
indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, merupakan
pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia. Sehingga
manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga
secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
d. Faktor
Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi
mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang
mantap dan stabil.[4]
Beberapa
factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah :
a) Kecerdasan
/Intelegensi Siswa
Intelegensi adalah kecakapan yang
terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menhadapi dan menyesuaikan
kedalam situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya
terhadap kemajuan belajar dalam
situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara
yang tepat. Dengan
dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi
juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hamper seluruh aktivitas manusia.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat. Motivasi
juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.[5]
Dari
segi sumbernya motivasi dibagi menjadi
dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa
yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena
membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah
mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif,
karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut
Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu
dan ingin menyelidiki
dunia yang lebih luas
b.
Adanya sifat positif dan kreatif
yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c. Adanya keinginan
untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting,
misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d. Adanya kebutuhan untuk
menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.[6]
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain
sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang
menjadi lemah.
c) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.[7]
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia
akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar
tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat
materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari
bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa
yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika
jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang
relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara
positif maupun negatif.
Sikap
siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya,
berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empati, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang dia punya dengan baik dan menarik
sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak
menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajari
bermanfaat bagi diri siswa.
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar
adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan dating. Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimilki seorang siswa untuk belajar.[8]
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan
besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi
untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat
dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain
bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh
potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru
perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
f) Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan
perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian
intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.
Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui
strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan
teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role
playing), debat
dan sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing
perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan
adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari
dorongan-dorongan untuk
mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di
balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian
psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan
yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
g) Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik
melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan
merupakan gerbang bagi
masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu
pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para
pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan
menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan
itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya
menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain,
perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan
melalui penglihatan dan pendengaran.
h) Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan
berfungsinya ingatan, yakni
(1) menerima kesan,
(2) menyimpan kesan, dan
(3) memproduksi kesan.
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan”
selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan
mereproduksi kesan.[9] Kecakapan merima kesan sangat
sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu
mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik.
Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan
sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu,
pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga
lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran
berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang
menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b
(bebek) dan sebagainya.
i) Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya
ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini
berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi
yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran
ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan
tahapan-tahapan berikut :
(1) pembentukan pengertian,
(2) penjalinan pengertian-pengertian, dan
(3) penarikan kesimpulan.[10]
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia
yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini
dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam
proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya
melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan
penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung
melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik
yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau
konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya
mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan
menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan
kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
j) Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi
timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat
menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif
ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik
sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar
membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih
baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik
tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya
motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui
penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik.
Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi
yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat
agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan
melalui siasat “self competition”, yakni
menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,
setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya
dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk
meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
Oleh karena itu, [11]faktor
penting mengenai hasil belajar yaitu tinggi rendahnya pendidikan dari orang
tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan
orang tua, rukun atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau
tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut memengaruhi pencapaian hasil
peserta didik. Selain itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi hasil
belajar peserta didik. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidaknya
fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil belajar yang didapatkan oleh
seorang siswa sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Lingkungan, baik sosial maupun non
sosial.
b. Instumen.
c. Fisiologis, meliputi keadaan jasmani
dan keadaan fungsi jasmani.
d. Psikologis, terdiri dari kecerdasan,
motivasi, minat, bakat, perhatian, ingatan, pengamatan, berfikir dan motif.
faktor penting mengenai hasil belajar yaitu
tinggi rendahnya pendidikan dari orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup
atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya hubungan
orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu
turut memengaruhi pencapaian hasil peserta didik. Selain itu, faktor keadaan
rumah juga turut mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Besar kecilnya rumah
tempat tinggal, ada atau tidaknya fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut
memegang peranan penting.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003). Sukmadinata, Nana Syaodih Lansadan
Psikologi Proses Pendidikan,2007,(Bandung:Rosda).
- Sholeh, Abdil Rahman Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,2008(Jakarta:Recana), cet.III.
-
Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,2008,(Bandung:PT
Remaja Rosdakarya).
-
http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/, di akses 19
Maret 2011
-
Slameto,...
- Sukmadinata, Nana Syaodih...
- Sholeh, Abdil Rahman..
- Purwanto Ngalim, Psikologi
Pendidikan (Cet. XIII; Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998).
[3] Abdil Rahman
Sholeh,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,2008(Jakarta:Recana),
cet.III
[4] Muhibbin
Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,2008,(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya), hal.32
[6] http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/, di
akses 25 sptember 2013, jam 12.30.
[11] Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan (Cet. XIII; Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar