Senin, 04 November 2013

KEUTAMAAN JUJUR DAN HIDUP SEDERHANA

KEUTAMAAN JUJUR DAN HIDUP SEDERHANA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
 Hadits Tarbawih
Disusun oleh:
Rudini Harto
NIM : 11.2.3.012
Dosen pembimbing:
Musdalifah Dachrud, M.Si

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) MANADO
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dibandingkan makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Manusia lebih sempurna dibandingkan dengan binatang. Berbeda dengan binatang, manusia diberi oleh Allah berupa fitriyah, khawasiyah, dan akliyah. Dengan menggunakan akliyah manusia dapat membedakan baik dan buruk sehingga dapat memilikib ahlak yang terpuji dan ahlak yang tercela.
Sebagai manusia yang sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi ini maka manusia di tuntut untuk beraklak terpuji karena dengan aklak terpuji maka manusia akan selamat di dunia dan akhirat dan hendaklah berakhlak terpuji dimanapun berada dimulai dengan berbuat baik terhadap diri sendiri ,lingkungan keluarga dan masyarakat, dan salah satu akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap manusia adalah besikap jujur karena kejujuran itu membawa kebaikan.
sebagai mana sabda Nabi SAW:
عن أبى ذرّجندب بن جنادة وأبى عبدالرحمن معاذبن جبل رضي الله تعالى عنهما عن رسول الله صلى الله عليه  وآله وسلم قال: إِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقٍ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Artinya :”Berkata Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu’adz r.a., RAsulullah saw. Bersabda: “Bertaqwalah pada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah keburukan itu dengan kebaikan yang akan menghapuskannya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi)
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kejujuran membawa kebajikan?
2.      Apa dasar atau hadist tentang kejujuran?
3.      Apa manfaat kejujuran?
4.    Bagaimana Hidup Sederhana
5.    Manfaat hidup Sederhana
C.    Tujuan Masalah
1.      Memahami pengertian kejujuran membawa kebajikan.
2.      Mengetahui dasar atau hadist tentang kejujuran.
3.      Mengetahui manfaat kejujuran.









BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits tentang keutamaan jujur
عن عبدالله بن مسـعودٍ قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إلىَ الْبِرِّ وإنَّ البِرَّ يَهْدِى إلى الجَنَّةِ وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ صِدِّيْقاً. وَإيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإنَّ الكَذِبَ يَهْدِى إلى الفُجُوْرِ وَإنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِى إلى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ كَذَّاباً (رواه ومسلم)
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata : Rasulullah saw, beliau bersabda: “Kamu harus bersifat jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke Surga, seseorang akan selalu jujur dan membiasakannya (dalam segala ihwalnya) hingga dicatat oleh Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Jauhilah sifat dusta, karena dusta itu membawa kepada penyelewengan, dan penyelewengan itu membawa ke neraka, seseorang akan selalu  berdusta dan membiasakannya hingga dicatat oleh Allah sebagai orang yang benar-benar dusta”. (H.R. Muslim)
Makna kosa kata dari hadits
Lafadz يَهْدِى mempunyai arti petunjuk yang menyampaikan kepada sesuatu yang dicari (البِرَّ). Sedangkan lafadz البِرَّ berarti taat kepada Allah swt. Menurut Imam al-Hafidz meluas terhadap semua perbuatan baik, arti ini mutlak atas amal yang murni dan tetap. Dan وإنَّ البِرَّ يَهْدِى إلى الجَنَّةِ  sesuai dengan al-Qur’an ان الابرار لفى نعيم  (QS. Al-Muthaffifiin/83: 22). Adapun وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ  berarti تكرر (berulang-ulang) melakukannya, hingga berhak atas gelar benar-benar jujur (حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ صِدِّيْقاً).
Lafadz الفُجُوْر bentuk jamak dari الفجر berarti celah dalam beragama, ini mutlak atas penyelewengan yang menimbulkan kerusakan dan cekatan dalam maksiat. Sedangkan lafadz  وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ berarti di dalam hatinya terdapat setitik noda hitam yang lama-lama menjadikan hatinya benar-benar hitam gelap. Akhirnya ia mendapat predikat benar-benar dusta di sisi Allah swt.
Rasulullah saw. memilih kalimat يهدى (menunjuki), subhanallah! seolah-olah kejujuran itu menarik kita ke Surga, sebagaimana dusta itu menarik tangan, tetapi membawa kita ke Neraka. Beliau juga memilih kataالفجُور  (penyelewengan) karena kata tersebut mencakup segala bentuk kejahatan.
B.    HADITS TENTANG HIDUP SEDERHANA
عن أبي كريمة المقداد بن مَعْدِيْكَرِبَ رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول: ما ملأ أدميّ وعاءا شرّا من بطنه بحسب ابن آدم لقيمات يقمن صلبه فإن كان لا محالة فثلث لطعامه و ثلث لشرابه و ثلث لنفَسه (رواه الترمذي)
Dari Abu Kariman  al-Miqdad bin Ma’dikarib ra, dia berkata: Aku mendengar rasulullah saw, :”Tiada wadah yang lebih buruk daripada perut yang diisi penuh dengan makanan. Cukuplah seseorang mengisi perutnya dengan beberapa suap makanan (seukuran) untuk menegakkan tulang  rusuknya (sulbi).Jika diaharus membaginya,maka sepertiganya adalah untuk makanannya; sepertiga untukminumannya dan sepertiga untuk  bernafas”. (HR Tirmidzi).
Hadits Lain dikatakan bahwa :
عنو عمرو بن شعب عن أبيه عن جدّه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: "كلْ واشربْ و البسْ و تصدّقْ فى غير سرف و لا مخِيْلةٍ (أخرجه أبو داود و أحمد)
Dari Amr bin Sya’b, dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata babhwa rasulullah saw, bersabda: “Makanlah,minumlah, berpakainlah dan bersedekahlah dengan tidak berlebih-lebihan dan tanpa kesombongan”. (HR Abu Dawud dan Ahmad).

A.    Pengertian Jujur
Jujur artinya keselarasan antara yang terucap dengan kenyataannya. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Jujur merupakan sifat yang terpuji.  Allah dan Rasul-Nya memuji orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Imam Ibnul Qayyim berkata, “Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya). Allah berfirman, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” (QS al-Maidah:119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. az-Zumar:33)
Keutamaan Jujur
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan dasar akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Sifat jujur merupakan tanda sempurnanya keislaman, timbangan keimanan, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Karena itu, orang yang jujur akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya –dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruh), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya.
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah:119)
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.”
Macam-Macam Kejujuran
1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta,
2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta.
4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur’”.
5.Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (Q.S. al-Hujurat:15)
Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.
   Hadis Yang Berkaitan Tentang Jujur
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَمَلُ الْجَنَّةِ قَالَ الصِّدْقُ وَإِذَا صَدَقَ الْعَبْدُ بَرَّ وَإِذَا بَرَّ آمَنَ وَإِذَا آمَنَ دَخَلَ الْجَنَّةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَمَلُ النَّارِ قَالَ الْكَذِبُ إِذَا كَذَبَ الْعَبْدُ فَجَرَ وَإِذَا فَجَرَ كَفَرَ وَإِذَا كَفَرَ دَخَلَ يَعْنِي النَّار (رواه احمد)
Artinya: “Dari Abdillah bin ‘Amr, sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw., dia berkata : amal surga itu apa? Rasulullah bersabda : jujur. Jika seorang hamba jujur maka ia baik, jika ia baik maka ia beriman, dan jika ia beriman maka masuk surga. Laki-laki berkata : wahai Rasullah, amal neraka itu apa? Beliau bersabda : dusta. Jika seorang hamba berdusta maka ia menyeleweng, jika ia menyeleweng maka ia kufur, dan jika ia kufur maka masuk neraka. (H.R. Ahmad)
Maksud hadis ini yaitu anjuran atas wajibnya jujur dan menjauhi dusta. Jujur itu terpuji dan dusta itu tercela baik secara akal maupun syariat.
عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ السَّعْدِيِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ (رواه الترمدى)
Artinya:“Dari Abu Hawra’i al-Sa’diyyi, dia berkata : saya berkata kepada Hasan bin Ali : Apa yang kamu hafal dari Rasulullah saw. Ia berkata : “Saya menghafal beberapa kalimat dari Rasulllah yaitu: “Tinggalkanlah apa yang membuatmu ragu kepada apa yang tidak membuatmu ragu, sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu membawa kebimbangan”. (H.R. Tirmidzi).
(Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan) yaitu ketenangan dan ketentraman hati, didalamnya tersimpan sesuatu yaitu tempat dan sebab tuma’ninah, (dan sesungguhnya dusta itu membawa membawa kebimbangan) yaitu kerisauan dan kekacauan hati.

Makna Hadits / Kosa Kata
الصِّدْقُ  : Dalam  ucapan berarti lawan dari bohong Dalam niat berarti ikhlas; dalam janji berarti menepatinya; dalam kelakuan berarti tidak melakukan kejahatan; baik secara sembunyi-sembunyi maupun zahir. Kalau dalam berbagai hal shiddiq (benar) Dinamakan  الصِّدِّيْقُtetapi kalau benar dalam berbagai sifat saja dinamakanالصَّادِقُ
اَلْبِِرُّ  : Sebutan yang mencakup segala kebaikan
يهدي    : Menuntun, membawa
اَلْفُجُو رُ : Lawan (kebalikan) dari  اَلْبِرُّ
Penjelasan
Sebagaimana diterangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun di akhirat. Ia akan dimasukan ke dalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan dalam Al-qur’an dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa .
Kata ash-shiddiq (kejujuran) menurut Islam digunakan dalam enam makna, yaitu:
1.      Jujur dalam perkataan
Kejujuran dalam pemberitaan atau hal-hal yang berkaitan dengan pemberitaan.
2.      Jujur dalam niat dan kemauan
Kejujuran seperti ini dapat dikembalikan kepada makana ikhlas, yaitu orang yang motivasinya dalam segala aktivitas hanya Allah swt. Bila seorang hamba mencampur amalnya dengan bagian-bagian hawa nafsu maka niatnya rusak.
3.      Jujur dalam tekad
Manusia biasanya senang memasang tekad untuk melakukan amal tertentu. Contohnya, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Jika Allah swt menganugerahkan kekayaan kepada saya maka saya akan bersedekah, baik dengan seluruh harta itu atau sebagiannya”, atau, “Jika saya bertemu dengan musuh ketika berjihad di jalan Allah swt, maka akan saya perangi meskipun saya terbunuh karenanya”.
4.      Jujur dalam menepati tekad yang dibuat
Seseorang terkadang dapat mudah melontarkan tekad tertentu karena memang tidak sulit mengucapkannya. Akan tetapi, sulitnya menepati tekad itu baru terasa ketika yang menjadi tekad itu benar-benar terwujud atau dorongan hawa nafsu mulai ikut mengacau. Keadaan mereka bertolak belakang dengan gambaran yang disebutkan Allah swt. dalam sebuah firman-Nya, “di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah...” (QS. al-Ahzab/33: 23)
5.      Jujur dalam amal
Bentuknya adalah upaya seseorang supaya antara tindakan-tindakan lahiriahnya tidak berbeda dengan apa yang ada di dalam batinnya. Bisa diartikan bahwa kondisi seseorang yang beramal sama, baik dalam keadaan sepi maupun ramai. Mutharraf berkata, “Jika keadaan seseorang hamba sama dalam keadaan sepi maupun ramai maka Allah berfirman, ‘inilah hamba-Ku yang sejati”.
Dalam dunia akademik, jujur dalam beramal sangat diperlukan. Misalnya dalam pembuatan karya ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, dll., harus menghindari plagiasi dan semacamnya.
6.      Jujur dalam seluruh sifat yang dipandang baik (mulia) oleh agama
Ini merupakan tingkatan kejujuran yang paling tinggi, seperti dalam khauf (rasa takut), raja’ (harapan), zuhud, ridha, dan tawakal. Amal-amal ini berdasarkan namanya secara lahir memiliki beberapa dasar atau prinsip. Ia juga memiliki tujuan akhir dan hakikat. Karena orang jujur sejati adalah yang memperoleh hakikat-hakikat amal tersebut dan melewati titik lemah menuju titik yang kuat. Jika tidak demikian maka amal-amal ini tidak memiliki tujuan sehingga ia memperoleh semuanya secara sempurna.
Rasulullah saw juga bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إلىَ الْبِرِّ وإنَّ البِرَّ يَهْدِى إلى الجَنَّةِ وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ صِدِّيْقاً. وَإيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإنَّ الكَذِبَ يَهْدِى إلى الفُجُوْرِ وَإنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِى إلى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ كَذَّاباً
Kamu harus bersifat jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke Surga, seseorang akan selalu jujur dan membiasakannya (dalam segala ihwalnya) hingga dicatat oleh Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Jauhilah sifat dusta, karena dusta itu membawa kepada penyelewengan, dan penyelewengan itu membawa ke neraka, seseorang akan selalu  berdusta dan membiasakannya hingga dicatat oleh Allah sebagai orang yang benar-benar dusta. (H.R. Muslim)

Sebagian ulama berkata: “Para ulama maupun fuqaha sepakat bahwa apabila pada diri seseorang terdapat tiga hal, maka dia akan selamat dunia akhirat. Ketiga hal yang masing-masing saling berkaitan dan melengkapi tersebut adalah keislaman yang bebas dari kotoran bid’ah maupun hawa nafsu, sikap jujur kepada Allah swt dalam beramal, serta hanya memakan makanan yang baik dan halal”
Rasulullah saw menerangkan juga bahwa perbuatan durhaka itu menunjukkan keada neraka dan mengancam pelakunya masuk neraka di tingkat yang paling bawah, sebagaiamana firman Allah:
•             
Artinya: “Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka Jahim. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.” (QS. Al-Infithar/82: 14-15).
B.    Pengertian Hidup Sederhana
Hidup sederhana berarti hidup bersahaja, tidak berlebih-lebihan yang didasari oleh suatu sikap mental yang rendah hati, berjiwa sosial dan tidak sombong. Dan orang yang sederhana adalah orang yang sanggup membawa diri sesuai dengan keadaan dirinya, dengan kemampuannya dan dengan keadaan masyarakat sekitarnya.
. Adapun nilai moral dan isi pesan pola hidup sederhana yaitu: bahwa kita semua, tanpa kecuali ingin hidup bahagia. Kita merasa bahagia apabila merasakan kepuasaan batin, karena adanya ketenangan dan ketentraman hati. Untuk mencapai rasa bahagia salah satu jalannya menerapkan pola hidup sederhana.
manfaat apabila kita hidup sederhana yaitu: 
a.    Bagi diri sendiri: berarti kita telah mampu menyesuaikan pendapatan dengan kemampuan kita, terhindarnya hidup boros dan bergaya hidup mewah.
b.    Bagi masyarakat: dapat menghilangkan kesenjangan sosial yaitu adanya perbedaan yang mencolok atau adanya jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat meresahkan semangat kegotongroyongan dan kebersamaan.
c.    Bagi bangsa dan negara: dengan sikap sederhana, dengan kelebihan materinya dapat ditabung baik di bank pemerintah, maupun bank swasta, sehingga dapat digunakan pembiayaan pembangunan negara.
Contoh meningkatkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari :
1.    Di lingkungan keluarga:
o    dalam merayakan ulang tahun keluarga secara sederhana, tidak berlebihlebihan;
o    dalam membelanjakan uang untuk keperluan yang benar-benar dibutuhkan; dan
o    menyelenggarakan hajat perkawinan secara tidak berlebih-lebihan sesuai dengan kemampuan.
2.    Di lingkungan sekolah:
o    memakai pakaian seragam yang sesuai dengan peraturan;
o    tidak memakai perhiasan yang berlebihan; dan
o    menyelenggarakan upacara bendera secara khidmat.
3.    Di lingkungan masyarakat:
o    tidak pamer kekayaan;
o    berpakaian hasil produksi dalam negeri;
o    mengisi perabotan rumah dengan barang produksi dalam negeri; dan
o    menyelenggarakan pesta ulang tahun secara sederhana dan sebagainya.












BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah dan Rasul-Nya memuji orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda,
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga.
Hidup sederhana berarti hidup bersahaja, tidak berlebih-lebihan yang didasari oleh suatu sikap mental yang rendah hati, berjiwa sosial dan tidak sombong. Dan orang yang sederhana adalah orang yang sanggup membawa diri sesuai dengan keadaan dirinya, dengan kemampuannya dan dengan keadaan masyarakat sekitarnya..
Manfaat Hidup Sederhana Adalah :
a.    Bagi diri sendiri: berarti kita telah mampu menyesuaikan pendapatan dengan kemampuan kita, terhindarnya hidup boros dan bergaya hidup mewah.
b.    Bagi masyarakat: dapat menghilangkan kesenjangan sosial yaitu adanya perbedaan yang mencolok atau adanya jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat meresahkan semangat kegotongroyongan dan kebersamaan.
c.    Bagi bangsa dan negara: dengan sikap sederhana, dengan kelebihan materinya dapat ditabung baik di bank pemerintah, maupun bank swasta, sehingga dapat digunakan pembiayaan pembangunan negara.
B.    Saran
Jika dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan ataupun kekeliruan, maka saya sebagai pembuat makalah ini minta maaf yang sebanyak banyaknya, karena dalam pembuatan makalah ini masih dalam proses pembelajaran.
Semoga makalah ini bias bermanfaat buat kita semua yang sempat membaca serta menyimaknya.

DAFTAR PUSTAKA
Allan Muhammad bin, Dalilul Falihin, Juz 4, (Kairo: Mustofa al-Bani al-Halby, 1971),

Khalid Amru, Berakhlak Seindah Rasulullah, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2007),

Muhammad Abdul Rauf Al-Manawy, Faidl Al-Qadir: Syarah Al-Jami’ Al-Shaghir, juz 4, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah. 1994),

Al-Manawy, Muhammad Abdul Rauf Faidl Al-Qadir: Syarah Al-Jami’ Al-Shaghir, juz 3, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah. 1994),

Sa’ad Riyadh, Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah saw, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani. 2007),

Al-Ghurasi Muhammad Shalih bin Ahmad, Intisari Minhajul Qashidin: Panduan Meraih kenikmatan beribadah, (Solo: Aqwam. 2010),

Maksudnya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.

Riyadh Sa’ad, Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah saw, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani. 2007),

Al Khuli Muhammad Abdul Aziz, Al Adabun Nabawi: Akhlak Rasulullah SAW., (Semarang: CV. Wicaksana. 1989),

  http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/ppkn/MO_20/ppkn202_12.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar